Catatan Awal Tahun
Tahun baru, katanya begitu.
Tapi salamku tetap sama; Salam,
sapa, sayang..
Bagaimana, sudah benar terasa ada
yang baru selain penulisan tanggal di lembar tugas ? Yang sekali-dua pasti
kalian tipex, salah tulis. Angka 19
kalian ubah 20.
Euforia dimana-mana. Padahal langit
mendung. Hujan turun. Tapi kembang api dilangit dini hari tak urung sepi. Saya
pun kalau ada yang ajak pergi dan dizinkan menapaki bumi yang basah hingga dini
hari, mungkin ikut serta. Tapi males, ah. Enak tiduran. Lagi pula, untuk apa?
Setiap perayaan memang memiliki pro
dan kontra. Tapi tulisan saya kali ini bukan semata-meta menggurui, mengajak
berdebat, atau menyalahkan berbagai opini orang lain, dan mengagungkan opini
pribadi. Tapi lebih, ke.. “aduh kenapa
ya, saya jadi begini ?” dan “kenapa
orang-orang bisa begitu ?”
Tahun lalu, meskipun tidak diucap
dan diumbar, dalam diri saya masih tetap tersisa sebuah harap dan tuntutan prestasi
untuk digapai. Singkatnya, resolusi. Tapi setelah 365 hari berlalu, semua yang
tersisa tinggal “wht th f*ck is life..”
–kasar, ya ? Gapapa. Manusia bukan makhluk halus.
Dan efeknya, di tahun ini gak ada
lagi resolusi, harapan dan ekspektasi. Bukan putus asa, lebih kepada usaha
meminimalisir kecewa aja. Versi saya tentunya. Meskipun, entah hidup yang
seperti ini masih pantas disebut hidup atau ngga ? Sebab katanya, hidup yang
tak dipertaruhkan bukanlah hidup.
Itu urusan nanti. Toh dalam hidup,
sengaja atu tidak, diinginkan atau tidak, sebuah resiko akan terus ada. Sebuah
ujian tetap akan Tuhan beri. Manusia adalah tokoh pelaksana. Kalau gagal dan
menyerah, ya kalah. Kalau tidak mau bangkit lagi, ya mati. Tapi kalau mau usaha
terus, akan ada waktunya berhasil. Setelah itu, akan ada ujian lagi.
Hidup mah begitu. Alurnya gak bisa ditebak. Waktu gak bisa dijeda. Kamu,
gak bisa kebanyakan bercanda dan istirahat di tempat. Nanti gak bakal maju.
Ketinggalan usia dalam meraih mimpi. Keburu disusul si maut yang gak bisa
dihindari.
Saya kalau ngomong kayak yang
bener. Tapi kebanyakn yang ditulis gak terealisasi. Kenapa ? Masih belum tau.
Soalnya banyak kemungkinan yang bisa menjadi jawaban. Entah karena Tuhan tak
merestui, malas, logika dan hati gak selaras, pesimis, terlalu mengikuti alur
tanpa berbuat apa-apa, atau.. gak tau deh. Semua kayaknya satu kesatuan. Dan
itu jawabannya.
Kembali ke euforia orang-orang
terhadap tahun yang berganti. Padahal setiap hari tetap sama. Saya jadi bingung
deh lama-lama. Kenapa resolusi mesti dibuat setiap tahun berganti ? Kenapa awal
tahun kalian banyak bahagia ? Seolah luka kemarin hilang seiring 2019 yang
tenggelam ? Saya merasa semuanya sama aja.
Perubahan terjadi bukan karena
pergantian tahun bukan ? Tapi karen diri sendiri yang keras usaha dan keras
hati meraih semua yang diimpikan. Punya banyak resolusi tapi ga ada yang
direalisasi juga buat apa ?
Dan ada satu hal lagi. Saya rasa
beberapa manusia salah paham dengan apa itu resolusi. Sebagian yang saya temui
seperti berpikir bahwa resolusi adalah sebuah harapan. Padahal bukan. Resolusi
adalah keputusan yang bulat berupa permintaan yang tentu direncanakan. Resolusi
adalah tuntutan bukan harapan.
Jadi sebenarnya apa sih yang kalian
rayakan ? Kenapa kalian mengucap banyak harap hanya ketika tahun berganti ?
Padahal dalam hidup, harapan ada setiap hari.
Saya bingung..
Tapi tetap,
Salam..
.png)
0 komentar: