Hidup Baik-Baik Saja Ternyata Gak Terlalu Baik
Halo
teman-teman, salam, sapa, sayang…
Selamat
kembali bertemu dengan bulan Ramadhan!
Mau memberi kabar yang gak terlalu penting untuk kalian ketahui sebetulnya, tapi kalau kalian baca post-an kali ini, berarti kalian ingin tau.
Kabar saya sedang baik-baik saja. Benar-benar sedang baik-baik saja. Sampai saya gak bisa merasakan apa-apa. w0w.
Sudah beberapa bulan ke belakang, saya merasa hidup saya kembali nyaman. Padahal beberapa bulan terakhir juga saya sering sakit-sakitan. Sempat banyak pikiran juga sih, perihal kenapa badan bisa jadi selemah ini, padahal dulu gak terlalu. Tiap lagi berbaring, memiliki ketakutan akan dijemput utusan Tuhan, memberi kabar bahwa waktu saya sudah habis. Tapi ternyata, sampai detik saya menulis tulisan ini, masih belum. Alhamdulillah.
Meskipun begitu, gak tau kenapa hidup saya terasa baik-baik aja. Tidak seperti sebelum-sebelumnya, merasa dikelilingi banyak luka hingga membuat saya menderita. Tapi… betapa manusia adalah hamba yang tak pernah puas. Keadaan senyaman dan seaman ini saya keluhkan. Bukan karena saya tidak bersyukur, ya. Hanya saja, saya jadi pribadi yang hanya bekerja karena ada pekerjaan. Melakukan aktivitas karena ada yang perlu dilakukan, dan tidak melakukan kerja kreatif sebagaimana biasanya.
Sudah lama tidak menulis puisi, menggambar hanya karena feeds instagram perlu diisi, dan ide-ide yang ada di kepala tidak direalisasi. Ya, jadinya begini. Hidup baik-baik aja ternyata gak baik.
Kemarin sempat sedikit menulis di tumblr perihal isi obrolan antara Adipati Dolken dan Iyas Lawrence di Podcast MaknaTalks. Di sana Adipati menjelaskan kabarnya yang selama pandemic justru merasa baik-baik saja dan merasa sangat nyaman dengan kehidupannya yang cukup banyak istirahat. Namun, itu tadi, kerja kreatifnya agak berkurang. Dia juga merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan, hidup baik-baik saja ternyata gak terlalu baik.
Memang, dunia adalah panggung sandiwara dengan manusia sebagai pemeran utamanya. Jadi, ada banyak sekali moment di mana kita manusia mendramatisir keadaan. Sudah diberi keadaan yang baik tanpa konflik, eh, malah kita ciptakan pelik agar hidup terasa jauh lebih menarik. Asik.
Tapi, yaa, memang hidup kalau cuma diisi kebahagiaan, kita bisa gila. Sama halnya kalau hidup hanya diisi derita, bikin kita jadi sakit terus. Makanya, hidup harus sesuai prinsip akuntansi –seimbang.
Jadi, yaa gitu. Saya perlu mengundang luka deh ini, kayaknya. Tapi tetap harus pada porsinya. Kalau nggak, yaa saya bakal sakit. Hidup jadi tidak asyik. Hiks.
Salam.
.png)
0 komentar: