Ketika tidak ada lagi yang bisa disampaikan melalui kata-kata

8:52 PM 0 Comments

Kehabisan kata adalah sebuah kalimat yang salah dari sebuah alibi ketidaktahuan manusia. Kata-kata tidak akan pernah habis. Meski bisu, kata-kata tidak pernah benar-benar hilang, ia hanya terlalu sunyi untuk dikumandangkan.

Saya sering sekali memakai alibi “kehabisan kata-kata” untuk mengungkapkan ketidaktahuan saya menyampaikan apa yang saya rasakan. Padahal di detik saya menulis ini pun, kata-kata mengalir begitu saja.

Mengetahui bahwa saya tidak tahu apa-apa membuat saya sadar bahwa sebenarnya menyalahkan sesuatu yang tidak bersalah adalah kebiasaan manusia. Entah hal seperti itu dilakukan untuk apa, mungkin untuk membuat manusia itu sendiri merasa benar, maka harus ada yang disalahkan. Oke, mulai ngawur.

Saya sering iri melihat teman-teman yang tidak pernah kehabisan cara untuk menulis dan menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki ke semua orang — yang membaca. Saya ingin juga. Tetapi saya tidak tahu ingin membagi apa.

Semakin saya banyak membaca — entah buku, artikel, essai, opini teman-teman yang menulis di media sosial — semakin saya merasa, saya tidak mempunyai apa-apa yang layak untuk dibagi. Kasarnya, saya merasa satu-satunya pengetahuan saya sekarang adalah banyak hal yang tidak saya tahu.

Ada salah satu author yang sangat saya kagumi tulisannya. Ia sering menyampaikan opininya melalui essai, puisi, prosa, atau cerpen yang ia tulis. Dari setiap tulisannya bukan hanya estetika kata yang saya temukan, melainkan banyak sekali referensi yang mengarah pada pengetahuan. Entah itu pengetahuan soal agama, sains, atau filsafat.

Hal yang membuat saya suka membaca tulisannya — meskipun terkesan berat — dia mengaitkan pemikiran dan opini-opininya perihal bidang ilmu tersebut dengan kehidupan sehari-hari atau kejadian yang ia lalui. Jadi, terkadang ketika membaca tulisannya, saya merasa seperti sedang berusaha mengenal dirinya.

Selain itu, dari tulisan-tulisannya saya menemukan banyak nama penulis, judul buku, judul film, bahkan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang membuat saya tertarik untuk ikut membaca dan menyelami makna yang tersirat dari sana. Keinginan saya untuk terus belajar tumbuh seiring saya mengenal sang author lewat tulisan-tulisannya.

Meskipun saya tidak berani menyapa atau bahkan menyebutnya di sini sekarang, saya berharap hal baik yang ia sebarkan lewat tulisannya sampai ke banyak pembaca yang ia punya. Pun semoga ia tak pernah kehabisan kata-kata atau kata-kata tak pernah pura-pura bisu dihadapannya, agar ia terus menulis dan membagi apa yang ia tahu lewat media.

Maka, entah ia sadar atau tidak bahwa tulisannya sangat berpengaruh terhadap seseorang, semoga ia tetap mengumandangkan ide-idenya lewat tulisan.

Hal ini juga berlaku untuk teman-teman yang sama hebatnya dengan ia, yang terus bersuara lewat kata-kata. Sebab kata-kata memengaruhi banyak kehidupan.

Jadi, kalau dipikir-pikir, hebat yaa, kata-kata. Tidak heran jika akhir-akhir ini saya jadi merasa payah ketika kehabisan kata-kata. Eh, maksud saya, ketika tidak ada lagi yang bisa disampaikan melalui kata-kata.

Salam.

0 komentar: