Perihal Musik bagi Kesehatan Mental dan Fisik

10:27 AM 0 Comments

Halo teman-teman, seperti biasa…
Salam, sapa, sayang… 

Mungkin gak semua seirama soal selera, tapi saya yakin deh kebanyakan dari kita suka karya seni yang super asik ini. Iya, musik.

Musik bagi saya sudah menjadi bagian yang cukup penting dalam hidup. Menjadi teman atau bahkan pelarian dari hiruk pikuk kenyataan yang majemuk. Meskipun dalam hal ini peran saya hanya sebatas penikmat bukan pembuat. Tapi musik adalah kebutuhan yang tak bisa saya hindari barang sehari.
Ini mah sebenernya mau cerita aja sih, gak akan bahas terlalu dalam dan seserius judul :( 

Tapi kalau dilihat dari judul, yang saya rasa dewasa ini memang musik berperan penting bagi kesehatan mental yang kemudian memengaruhi kesehatan fisik. Hal tersebut saya alami sendiri. Yaah, seperti keluhan-keluhan saya sebelumnya. Saya yang lagi sering sensitif ini jadi sering menghabiskan waktu sendiri. Di sela waktu sendiri yang banyak menyita tenaga lewat berpikir tapi sedikit bekerja itu, saya sering ingin ditemani. Tapi rasanya gak butuh orang lain untuk mengisi. Dari sanalah kemudian musik adalah satu-satunya teman.

Ngomong-ngomong, kok bisa sih musik memengaruhi kesehatan mental dan fisik ? di luar musik adalah karya seni, menurut beberapa penelitian memang musik bisa dijadikan media penyembuhan. Sebelum menulis pembahasan ini tentu saya mencari referensi dari beberapa artikel lain di google, dan ternyata banyak sekali artikel yang membahas topik serupa. 

Rata-rata isi artikel tersebut menyampaikan bahwa sebagaimana telah dilakukan penelitian oleh para ahli, musik dapat digunakan sebagai media relaksasi. Selain dipengaruhi oleh keindahan nada, musik juga memiliki nilai estetika dari karya sastra.

Sepengetahuan saya sebagai pendengar, pemilihan jenis musik dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Mulai dari nada dan iramanya, lirik lagunya, serta genrenya. Ada yang menyukai musik karena nadanya yang sopan sekali masuk telinga. Ada yang menyukai musik karena liriknya yang berhasil menyentuh jiwa. Dan ada yang memang menyukai musik karena suka akan genrenya. 

Kalau saya pribadi, bisa masuk ke kategori suka nada dan lirik. Karena soal genre, saya gak banyak tahu dan mafhum. Lagian genre mah apa aja yang penting pas masuk telinga ‘Assalamualaikum’ dulu. Wkwkwk…

Nah, kembali ke point curhatan saya. Akhir-akhir ini saya sedang merasa mental saya lagi payah-payahnya. Katanya sih memang sedang fasenya. Jadi yaudah saya nikmati aja meskipun banyak ngeluhnya. 

Kadang kalau gak ingat akan bekal apa yang harus di bawa biar masuk surga, mau mati aja rasanya. Ah, tapi saya gak mau nyerah gitu aja. Soalnya kalau ada kesempatan, saya mau tau masa tua saya gimana. Saya juga gak mau menghabiskan masa muda dengan sia-sia.

Kalau lagi waras gini saya memang pandai menasehati. Tapi kalau lagi berantakan, semua yang ada di dunia termasuk diri sendiri gak ada gunanya. Beruntung saya punya perlengkapan bermeditasi –handphone, earphone, dan lagu-lagu indie. Wkwkwk. 

Gak, gak, bercanda. Gak cuma lagu indie. Intinya saya selalu mengalihkan segala beban ke musik. Lagu-lagu yang sering saya dengar ya sesuai suasana hati. Tapi kalau lagi tertekan gitu alternatif paling tepat yaa lagu-lagu indie.

Saya lagi benar-benar jatuh pada karya Bhaskara Putra (Hindia). Tenggelam ke dalam lirik di setiap larik lagu-lagunya. Terbuai nada dan irama yang sopan banget masuk telinga. Pokoknya jatuh cinta dalam takaran Secukupnya.

Ada lagi musisi yang lagu-lagunya enak banget didengar dan dijadikan bahan evaluasi. Yaitu Kunto Aji. Album Mantra-mantranya benar-benar menyihir suasana hati yang semula buntu menemukan pintu. 

Kemudian ada Nadin Amizah, yang lagu-lagunya sangat menenangkan. Membuat melayang tapi tak menelan kesadaran. Ibarat sedang berharap, saya paham betul bahwa harus ada satu tempat yang tersisa untuk kenyataan.

Tapi gak melulu. Saya gak mau juga menggiring persepsi kalian bahwa saya anak indie murni. Gaaakkkk… 

Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, saya mendengar musik juga sesuai suasana hati. Kalau lagi pengen denger lagu pop, rock, heavy metal, klasik, oldies, blues, hiphop, atau bahkan dangdut, ya saya dengar. Karena sejatinya, semua elemen musik berpengaruh terhadap mental dan fisik.

Hindia, Kunto Aji, dan Nadin Amizah hanya beberapa contoh saja. Yang kebetulan memang patut di rekomendasi. 

Tapi serius deh, untuk menemani bermeditasi lagu-lagu dari musisi indie, oldies, musik klasik, dan musik-musik relaksasi seperti suara air hujan, air sungai, suara hutan serta kicau burung yang bersahutan di alam terbuka adalah alternatif yang tepat. Versi saya. Hehehe…

Wah tulisannya panjang dan kayaknya cukup membosankan. Ah, biarin ah. Sayang kalau sudah ditulis tapi gak dibagikan. 

Saya kasih kesimpulan deh kalau begitu. Musik itu keindahan. Sedang hidup dan kenyataan tak melulu begitu. Jadi, saya rasa musik dapat membantu kamu mengurangi beban pikiran. Meningkatkan konsentrasi, membantu relaksasi dan mengurangi depresi.

Segitu dulu, sampai jumpa di lain waktu.
Meskipun tidak selalu, tapi harus tetap bahagia berkali waktu.
Tetap berenergi dan jadi pribadi yang asik.
Serta jangan lupa dengar musik.

Salam.

0 komentar:

wkwkwk

8:12 PM 0 Comments

Maaf sebelumnya kalau tidak sopan, datang benar-benar hanya ketika tertekan. 
Tapi sebelumnya, tolong tetap izinkan saya memberi salam, sapa, sayang... 

Hanya ingin bercerita. Menceritakan semua yang sedang berantakan. Mencurahkan semua yang sudah tak tertahan. Meluapkan semua yang terpendam. 

Kalau dihitung hari, kebetulan sudah hari ketiga yang benar-benar dirasa seperti ini. Terikat beban yang diciptakan sendiri. Padahal dunia baik-baik saja. Tertawapun masih sama mudahnya. Rezeki, mencukupi. Pun orang-orang yang hadirnya datang-pergi. 

Yang berbeda hanya yang tidak terlihat. Atau mungkin terlihat, karena saya rajin mengeluh di dunia maya. Fatal. Kesalahan fatal sebenarnya mengeluh di tempat yang bukan seharusnya. Tapi apalagi yang bisa diperbuat ? Di sana saya merasa berteriak pada ruang lapang. Tapi juga merasa didengar oleh jutaan manusia yang sedang online. 

Usia sudah melampaui batas kepala dua tapi belum juga dewasa. Persetan!!! Kalau dewasa menuntut banyak hal yang mengekang, saya mau kembali menjadi anak ingusan saja. Yang tidak perlu banyak berpura-pura menjalani hidup. Kalau sedih, ya nangis. Kalau senang, ya tertawa. Kalau tidak punya uang, tinggal minta. Kalau merasa kesepian, pergi main sama teman-teman. Kalau sedang ingin bicara, ada yang mendengarkan. 

Sudah bagus sejak dulu tak pernah berkeinginan menjadi pemain drama. Tapi ternyata tidak bagus karena dunia adalah panggung sandiwara. Mau tidak mau. Bisa tidak bisa. Menciptakan karakter yang bukan diri kita adalah harus. Karena tidak semua orang bisa menerima. Tidak semua orang akan suka. Bukan perihal kemunafikan dunia. Tapi ini perihal hakikat manusia sebagai manusia. Individualisme yang tak bisa hidup sendiri. 

Itulah mengapa kemudian Tuhan menciptakan Hawa untuk menemani Adam. Karena sendirian adalah hal tabu yang mematikan. Tak ada yang lebih menyedihkan daripada mati kesepian. 

Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwkwk

Ini post-an ngawur. Tapi dibumbui lebih banyak porsi jujur. Jangan dimasukkan hati. Pikiran apalagi. Saya baik-baik saja, hanya perlu basuh muka, sikat gigi, evaluasi. 

Kebetulan memang hari ini sedang menganggap semua yang dialami adalah sebuah masalah. Jadi untuk menjelaskan secara detail apa yang terjadi, saya tidak bisa. Bahkan untuk berair mata, terlalu lebay rasanya. 

Besok sudah akan jauh lebih baik. Karena setelah membuka mata nanti (kalau masih diberi kesempatan oleh Tuhan), saya akan menganggap semuanya hanya bagian dari perjalanan hidup. Dan hanya sekedar skenario pelengkap dalam sebuah naskah drama. Sebab masalah adalah masalah ketika kita menganggapnya masalah. 

Dan hari ini, saya sedang bermasalah. Tapi besok tidak lagi. Janji!!! 

Terima kasih.
Tetap sehat dan berenergi.
Salam!!!

0 komentar: