Catatan Akhir Tahun
Kita awali dengan salam, sapa, sayang..
Di sepanjang tahun 2019, banyak maaf terutama pada diri
sendiri dan beberapa pribadi yang terkena imbas tak menyenangkan untuk
dikenang, dengan, atau tanpa disengaja.
Perjalanan yang cukup memiliki banyak catatan evaluasi. Yang banyak
melahirkan keluh dan menanam penyakit hati. Yang hampir mematahkan mimpi
diantara kepingan hati yang hancur lebih dulu. Hanya berat yang dirasa sebab
sering merasa sendiri. Lupa diri bahwa beberapa dari mereka yang diinginkan
hadir sama kusut dan kehilangan arti.
2019, banyak tangis yang pecah meski entah karena apa. Kebebasan
yang dirasa sempat dirampas; kehilangan seorang teman yang senang dan kenang
bersamanya sangat membekas; pencarian arti hidup yang penuh halang rintang;
datang-perginya mereka yang sempat mengetuk pintu hati tanpa permisi; egoisme
dan apatisme yang meninggi; seenak hati pada hati yang memberi, namun ketika
Tuhan membalas uji lewat orang lain, si diri dengan tak tahu diri lantang memaki;
dan perasaan tak berguna yang menyelimuti badan diantara gigil sepi kemarau
panjang.
Sungguh, tahun yang berjalan sangat cepat namun terasa lambat
sebab terlalu banyak sambat. Tapi kalau dipikir-pikir, banyak sekali pelajaran
yang didapat dan harus diemban agar di tahun yang akan datang, hal-hal berat
yang sempat terjadi tidak terulang.
Harapan untuk tahun yang akan datang tentu tetap ada,
meskipun saya tidak mau terlalu banyak berharap. Resolusi juga tak perlu
dicatat, dalam suasana hati yang masih sarat makna cukup jalani tahun 2020
nanti dengan tak banyak menanam penyakit hati. Memperkecil jarak diri dengan
Tuhan. Berserah diri tapi tak menyerahkan kendali pada entah hati atau logika.
Namun kembali lagi, jika memang rancang rencana adalah jalan
kemanusiaan –yang meski ditertawakan Tuhan– saya akan. Sebab manusia candu akan bahagia,
menolak penuh segala bala. Meski sekali-dua Tuhan beri bencana, namun Tuhan
janjikan bahwa hidup kan baik-baik saja. Seperti kutipan yang saya ambil dari
tulisan Raka Ibrahim; “Adapun
janji Tuhan tak akan pernah sia-sia dan tak akan kadaluwarsa.”
Saya Gebrina, dengan segala rasa haru, berterima kasih pada
teman-teman yang sudah mau membaca. Entah karena sengaja, penasaran, atau kebablasan
baca meski di awal hanya berencana melihat-lihat saja.
Selamat mengakhiri tahun penuh pilu. Banyak semoga dari
pribadi kita masing-masing di tahun selanjutnya. Yang meski sekali-dua jatuh
akan terulang, tapi semoga tidak pernah lelah untuk bangkit dan melawan tawa
dunia. Kecuali kita, karena aamiin kita tak pernah bercanda.
Salam..
.png)
0 komentar: