Wdf-Wat deu friend?
Halo…
Salam, sapa, sayang.
Gausah basa-basi dulu. Langsung aja kita hayyuu!!
Let’s talk about FRIENDS! What the
fuck is FRIEND?!
Something important in our life. I
guess!
Kalau gak setuju juga gak apa-apa.
Kalian berhak punya opini sendiri. Tapi bagi saya pribadi, teman adalah salah
satu alasan saya bertahan dibalik kerasnya kehidupan. Dulu gak kerasa. Karena
semasa remaja, yang dikatakan teman itu banyak jumlahnya dan banyak versinya.
Tapi sekarang, di lingkaran usia kepala dua, punya satu atau dua teman aja rasanya
Subhanallah walhamdulillah
walaillahailallah… bersyukur sekali. Meskipun seringkali tetap merasa yang
setia menemani hanya si “sepi”.
Gak bisa dipungkiri. Meskipun
banyak dari kalian yang mendamba suasana sepi, kalian tetap membutuhkan sekurang-kurangnya,
satu teman berbincang. Entah untuk membicarakan segala resah, gelisah, atau
sekadar berbincang tentang sesuatu yang kita suka, atau bahkan membicarakan
hal-hal gak penting yang sering menimbulkan tawa.
Dari dulu, saya selalu
mempertanyakan eksistensi seorang teman. Bagaimana seharusnya seorang teman?
Seperti apa seharusnya seorang teman? Sudahkan saya menjadi seorang teman untuk
orang lain? Saya ingin sekali memiliki satu dari sekian banyak teman, yang
baik. Tapi ternyata sulit, ya? Soalnya manusia gak sempurna. Tapi maunya yang
sempurna.
Semakin dicari, teman baik ternyata
cuma ilusi. Semakin didamba, hadirnya mereka Cuma jadi sia-sia. Capek dengan
kebodohan diri sendiri, akhirnya saya berhenti. Gak lagi saya mencari, saya
coba untuk menjadi. Meskipun banyak gagalnya.
Saya pribadi yang tertutup. Ya,
bisa dikatakan seorang introver. Tapi semasa sekolah dulu, paling gak bisa
melakukan sesuatu sendiri. Pergi ke suatu tempat selalu ingin ditemani. Saya
selalu butuh sosok seorang teman. Gak perlu banyak, satu sudah lebih dari
cukup. Mungkin hal itu yang membuat saya akhirnya memberi pernyataan seperti di
tulisan pembuka tadi. Teman adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup
saya.
Dulu, saat rasanya mudah mendapat
teman. Saat di mana banyak manusia dapat dengan mudah menjadi seorang teman,
saya gak sadar bahwa sebegitu berharganya sosok teman. Karena selepas
meninggalkan sekolah dasar, janji untuk tetap berteman dan akrab sampai
kapanpun dengan mereka yang terdahulu hanya tinggal janji. Kami lumayan sering
bertemu tapi sangat asing dibanyak waktu. Sapa hanya sekadar sapa. Tawa keluar
tanpa makna. Moment-moment berharga mesti diciptakan lagi dengan waktu cukup
lama.
Sama halnya dengan mereka yang
mengisi lembar cerita sekolah menengah. Selepas keluar dari gerbang sekolah, di
kehidupan yang jauh lebih serius, masing-masing dari kami terlampau serius
menjalani hidup. Lupa bersenang-senang sebab terlalu sibuk mencari kesenangan.
Hingga yang didapat tak lebih dari rasa sepi dan untaian beban. Mencari atau
menjadi sosok teman, sering tak sempat. Namun perasaan mendamba hadirnya mereka
semakin keparat. Membuat semua yang nampak rasional menjadi irasional.
Mungkin dari kalian juga banyak
yang tidak menyadari hal ini. Atau memang sadar, tapi terlampau apatis dengan
realita yang begitu sadis. Gimana ya euy,
menjadi dewasa beneran gak enak ternyata. Kalau melihat sekeliling sebetulnya
yang bersedia menjadi teman masih banyak. Tapi kebutuhan kita akan sosok teman,
dewasa ini banyak syarat. Memang bangsat.
Hal ini mungkin yang membuat
orang-orang dewasa terlihat menyedihkan. Mau berteman aja banyak pertimbangan. Selera
humornya sama atau tidak; obrolannya menyenangkan atau tidak; dapat menjadi
lawan bicara yang asik atau tidak. Padahal dulu, asal dia mau nemenin pergi ke kamar
mandi di jam pelajaran, dia adalah seorang teman.
Tulisan ini sebetulnya saya rancang
sebagai sarana saya untuk berterima kasih pada kalian yang sudah bersedia
menyumbang kisah hingga menjadi bagian orang-orang terkasih dalam hidup saya.
Anjay!
Untuk teman-teman yang banyak
versi. Untuk teman-teman yang datang-pergi. Untuk teman-teman yang sudah
melewati rotasi; hilang tapi tetap terkenang. Kalian semua teman saya. Dan
terima kasih sempat mau. Maaf, kegagalan kalian untuk menjadi teman akrab saya,
disebabkan oleh gagalnya saya yang tak mampu mengakrabkan diri dengan kalian.
Dan kepada teman-teman yang masih
kuat menjadi bagian dari cerita hidup saya di kehidupan kepala dua ini, terima
kasih yang paling tulus dan sebanyak-banyaknya saya ucapkan. Maaf jika sebagai
seorang teman, saya sering merepotkan dan menyebalkan. Saya hanya manusia yang
sebetulnya selalu berusaha untuk memberi yang terbaik, tapi sering lupa diri
meminta timbal balik.
Hidup ini rotasi, entah direntan
waktu berapa lama lagi kita akan bersama. Saya mafhum, di depan sana, kehidupan
masing-masing dari kita akan berbeda. Meskipun pengennya, sih, kalian tetap
jadi teman saya. Yang bodor, yang
banyak bacot, yang ngeselin, yang seenak jidat datang-pergi, yang kalo nge-chat “geb” doang terus pas dibales malah
ngilang, yang banyak mencaci sedikit memuji, seringkali nyembunyiin rasa
sayang, banyaknya menampakkan kebencian, tapi cuma bercanda. Gini-gini saya
sayang sama kalian. Dan sering kangen tiap kalian ngilang. Tapi jyjyck.
Coba aja, dunia gak banyak nuntut
kita buat tumbuh dan jadi dewasa. Mungkin bumi bakal serupa surga. Gak perlu
pusing mikirin teman hidup nanti siapa, karena saya punya yang jauh lebih
berharga. Iyaaa, kalian-kalian ini yang saya anggap dan kebetulan menganggap saya
teman. Dah ah, manis banget tulisannya lama-lama. Jadi malu.
Salam.
.png)

Mwaah :*
BalasHapushiliihh
HapusBgsd lo geb! Wkwkwkwwk
BalasHapusiyaa pin, iyaa, makasih
Hapus