Wdf-Wat deu friend?

8:37 PM 4 Comments


Halo… 
Salam, sapa, sayang. 
Gausah basa-basi dulu. Langsung aja kita hayyuu!! 

Let’s talk about FRIENDS! What the fuck is FRIEND?!
Something important in our life. I guess! 

Kalau gak setuju juga gak apa-apa. Kalian berhak punya opini sendiri. Tapi bagi saya pribadi, teman adalah salah satu alasan saya bertahan dibalik kerasnya kehidupan. Dulu gak kerasa. Karena semasa remaja, yang dikatakan teman itu banyak jumlahnya dan banyak versinya. Tapi sekarang, di lingkaran usia kepala dua, punya satu atau dua teman aja rasanya Subhanallah walhamdulillah walaillahailallah… bersyukur sekali. Meskipun seringkali tetap merasa yang setia menemani hanya si “sepi”.

Gak bisa dipungkiri. Meskipun banyak dari kalian yang mendamba suasana sepi, kalian tetap membutuhkan sekurang-kurangnya, satu teman berbincang. Entah untuk membicarakan segala resah, gelisah, atau sekadar berbincang tentang sesuatu yang kita suka, atau bahkan membicarakan hal-hal gak penting yang sering menimbulkan tawa. 

Dari dulu, saya selalu mempertanyakan eksistensi seorang teman. Bagaimana seharusnya seorang teman? Seperti apa seharusnya seorang teman? Sudahkan saya menjadi seorang teman untuk orang lain? Saya ingin sekali memiliki satu dari sekian banyak teman, yang baik. Tapi ternyata sulit, ya? Soalnya manusia gak sempurna. Tapi maunya yang sempurna.

Semakin dicari, teman baik ternyata cuma ilusi. Semakin didamba, hadirnya mereka Cuma jadi sia-sia. Capek dengan kebodohan diri sendiri, akhirnya saya berhenti. Gak lagi saya mencari, saya coba untuk menjadi. Meskipun banyak gagalnya. 

Saya pribadi yang tertutup. Ya, bisa dikatakan seorang introver. Tapi semasa sekolah dulu, paling gak bisa melakukan sesuatu sendiri. Pergi ke suatu tempat selalu ingin ditemani. Saya selalu butuh sosok seorang teman. Gak perlu banyak, satu sudah lebih dari cukup. Mungkin hal itu yang membuat saya akhirnya memberi pernyataan seperti di tulisan pembuka tadi. Teman adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidup saya.

Dulu, saat rasanya mudah mendapat teman. Saat di mana banyak manusia dapat dengan mudah menjadi seorang teman, saya gak sadar bahwa sebegitu berharganya sosok teman. Karena selepas meninggalkan sekolah dasar, janji untuk tetap berteman dan akrab sampai kapanpun dengan mereka yang terdahulu hanya tinggal janji. Kami lumayan sering bertemu tapi sangat asing dibanyak waktu. Sapa hanya sekadar sapa. Tawa keluar tanpa makna. Moment-moment berharga mesti diciptakan lagi dengan waktu cukup lama. 

Sama halnya dengan mereka yang mengisi lembar cerita sekolah menengah. Selepas keluar dari gerbang sekolah, di kehidupan yang jauh lebih serius, masing-masing dari kami terlampau serius menjalani hidup. Lupa bersenang-senang sebab terlalu sibuk mencari kesenangan. Hingga yang didapat tak lebih dari rasa sepi dan untaian beban. Mencari atau menjadi sosok teman, sering tak sempat. Namun perasaan mendamba hadirnya mereka semakin keparat. Membuat semua yang nampak rasional menjadi irasional.

Mungkin dari kalian juga banyak yang tidak menyadari hal ini. Atau memang sadar, tapi terlampau apatis dengan realita yang begitu sadis. Gimana ya euy, menjadi dewasa beneran gak enak ternyata. Kalau melihat sekeliling sebetulnya yang bersedia menjadi teman masih banyak. Tapi kebutuhan kita akan sosok teman, dewasa ini banyak syarat. Memang bangsat. 

Hal ini mungkin yang membuat orang-orang dewasa terlihat menyedihkan. Mau berteman aja banyak pertimbangan. Selera humornya sama atau tidak; obrolannya menyenangkan atau tidak; dapat menjadi lawan bicara yang asik atau tidak. Padahal dulu, asal dia mau nemenin pergi ke kamar mandi di jam pelajaran, dia adalah seorang teman.

Tulisan ini sebetulnya saya rancang sebagai sarana saya untuk berterima kasih pada kalian yang sudah bersedia menyumbang kisah hingga menjadi bagian orang-orang terkasih dalam hidup saya. Anjay! 

Untuk teman-teman yang banyak versi. Untuk teman-teman yang datang-pergi. Untuk teman-teman yang sudah melewati rotasi; hilang tapi tetap terkenang. Kalian semua teman saya. Dan terima kasih sempat mau. Maaf, kegagalan kalian untuk menjadi teman akrab saya, disebabkan oleh gagalnya saya yang tak mampu mengakrabkan diri dengan kalian.

Dan kepada teman-teman yang masih kuat menjadi bagian dari cerita hidup saya di kehidupan kepala dua ini, terima kasih yang paling tulus dan sebanyak-banyaknya saya ucapkan. Maaf jika sebagai seorang teman, saya sering merepotkan dan menyebalkan. Saya hanya manusia yang sebetulnya selalu berusaha untuk memberi yang terbaik, tapi sering lupa diri meminta timbal balik. 

Hidup ini rotasi, entah direntan waktu berapa lama lagi kita akan bersama. Saya mafhum, di depan sana, kehidupan masing-masing dari kita akan berbeda. Meskipun pengennya, sih, kalian tetap jadi teman saya. Yang bodor, yang banyak bacot, yang ngeselin, yang seenak jidat datang-pergi, yang kalo nge-chat “geb” doang terus pas dibales malah ngilang, yang banyak mencaci sedikit memuji, seringkali nyembunyiin rasa sayang, banyaknya menampakkan kebencian, tapi cuma bercanda. Gini-gini saya sayang sama kalian. Dan sering kangen tiap kalian ngilang. Tapi jyjyck.

Coba aja, dunia gak banyak nuntut kita buat tumbuh dan jadi dewasa. Mungkin bumi bakal serupa surga. Gak perlu pusing mikirin teman hidup nanti siapa, karena saya punya yang jauh lebih berharga. Iyaaa, kalian-kalian ini yang saya anggap dan kebetulan menganggap saya teman. Dah ah, manis banget tulisannya lama-lama. Jadi malu. 

Salam.

4 komentar: