Usia hanyalah angka, tapi seringnya menjadi batas kesempatan meraih cita

9:37 PM 0 Comments

Haloo, uneg-unegnya sudah sampai lebih dulu.
Tapi tetap, salam, sapa, sayangg ingin merayuuu.

Wadidaw. Lama tidak meramu prakata menjadi paragraf cerita atau sekadar omong kosong belaka. Sebuah intro yang sudah sama lumrahnya dengan “salam, sapa, sayang” rasanya.

Blog udah gak keurus. Tapi badan saya semakin kurus. Ah, yang penting rejeki semoga lancar terus. Teman-teman di mana pun berada semoga sehat selalu, kuat selalu, dan bahagia meskipun gak selalu, yang penting keburu.

Begini, kalau dilihat dari judul, sudah pasti begitu. Begitu resahnya saya di usia dua puluh dua. Mau memberi pernyataan “sudah tua” tapi masih sering menyusahkan orang tua. Tak jarang, masih juga berlindung dibalik punggung mereka.

Keresahan ini bermula dari tadi. Hmm, maaf. Maksud saya, keresahan ini bermula sejak saya menyadari bahwa di usia saya kini, sibuk memikirkan diri sendiri sudah bukan waktunya. Meskipun hidup hanya sekali, tapi waktu mengulang berkali-kali. Sebagaimana angka 24 yang menjadi batasan berputarnya jarum jam.

Usia juga gitu kayaknya, banyak yang memberi pernyataan bahwa “usia hanyalah angka” tapi tak sedikit yang menghiraukan bahwa angka berpengaruh besar terhadap itung-itungan manusia dalam menjalani hidup.

Maka dari itu, sebetulnya tidak heran jika manusia memberi batasan di usia berapa harus jadi sarjana, di usia berapa harus sudah menikah, di usia berapa harus sudah memiliki pekerjaan tetap, di usia berapa harus sudah memiliki rumah sendiri, di usia berapa harus sudah punya dua anak, dan banyak di usia berapa-usia berapa lainnya.

Begitu banget jadi manusia. Hidup diisi kesibukan menyusun rencana, sampai tak sadar mengikutsertakan bencana dengan membatasi diri di usia kesekian harus sudah sampai tujuan. Padahal, usia hanyalah angka. Terbatas dari 0 sampai dengan 9.

Saya gak memprotes manusia untuk berencana, justru bagus, jadi punya persiapan. Tapi, untuk batasan-batasan di dalamnya, saya terganggu. Apalagi ketika menyadari bahwa saya sudah di usia segini, teman-teman lain ada yang sudah mencapai batasan yang ditentukan, lah saya ? Belum apa-apa.

Memang, kita gak boleh iri, nanti dengki. Tapi, namanya manusia, terkadang nafsu dan pikirannya gak seimbang. Kayak jungkat-jungkit yang lagi asyik dimainkan anak-anak.

Kalau mood nya lagi bagus, pikiran dan isi hati memberi umpan balik yang positif. Sebaliknya, kalau mood nya lagi buruk, yaa semua penyakit hati datang tanpa ampun. Gak peduli jam 2 atau jam 3 malam. Akhirnya waktu tahajud diganti dengan waktu memutar playlist 3 a.m yang sangat chill sembari udud. Astaghfirullah.. negative vibes only.

Jadi, saya gak suka kalau ada yang membatasi manusia untuk memulai mengejar mimpi di usia kepala dua dengan prakata “Hmm, mana sempat. Keburu telat”.

Jangan membuat kami patah semangat, dong. Untung-untung, kami masih punya mimpi. Kalau ngga, hidup juga cuma diisi tuntutan, banyak pikiran, menebar kebohongan dan kepura-puraan. Buat apa? Mending *piiiiiiiippp* saja. Xixixi.

Bercanda. Tapi, serius. Saya sudah muak dengan kalimat “sudah umur segitu, sudah bukan waktunya”. Ya, sebagai seseorang yang dituntut sudah harus menjadi dewasa, saya paham. Toh, mau tidak mau saya sudah menerima tuntutan tersebut. But fyi, proses dewasa setiap orang, kan, berbeda-beda. Pun dengan pola pikir mereka.

Di usia segini, yang sudah memikirkan untuk menikah banyak, memutuskan untuk menikah pun ada, dan yang berlari menuju anak tangga mencapai karir yang cemerlang juga tak sedikit. Begitu pun dengan mereka yang seperti saya. Di usia yang katanya “sudah bukan waktunya”, malah menemukan mimpi mereka. Keinginan terpendam dari dalam diri mereka. Semangat untuk menebus penyesalan atas kesempatan-kesempatan di masa lampau yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Justru merasa bahwa ini adalah waktunya.

Jadi, usia hanyalah angka, bukan? Jarum jam memiliki batasan angka tapi tak ada yang tahu kapan ia berhenti berputar. Saya juga mau seperti itu. Meski tak akan pernah menang melawan sang waktu, tetapi saya akan membuat batasan usia saya tak terbatas.

Ecie gitu.

0 komentar: