Sering sendiri, tapi tetap takut sendiri
Begini, judulnya ambigu tapi tetap salam, sapa, sayang terlebih dahulu.
Siapa lagi yang dimaksud dalam judul, selain diri sendiri. Pokoknya gitu yang sering saya rasakan. Gak tahu kenapa rasa takut akan berakhir sendiri selalu ikut serta membuat bising isi kepala setiap keadaan sedang tidak baik-baik saja. Padahal, sudah terlalu sering sendiri.
Gak tahu apa yang bikin saya takut. Padahal sendiri nggak terlalu buruk. Meskipun yaa, pada hakikatnya manusia diciptakan dan dilahirkan bukan untuk menghabiskan banyak waktu sendirian.
Mungkin akar dari rasa takut saya yang sebenarnya bukan takut berakhir sendirian, tapi takut ditinggalkan. Padahal saya paham hakikat kehidupan. Pertemuan tercipta untuk sebuah perpisahan.
Kayaknya, gak ada yang tetap dalam hidup. Selain, tetap hidup sebeum ajal menjemput. Selebihnya, berubah. Entah karena waktu atau memang karena perlu.
Saya juga termasuk manusia yang takut perubahan, tapi terlalu muak dengan keadaan yang begini-begini saja. Saya pengecut. Tapi kata teman saya, nggak. Padahal iya. Saya penakut. Saya seonggok manusia yang sering kalut. Impiannya banyak. Anggannya berjuta-juta yang melayang diudara. Nyalinya? Jangan ditanya. Banyak waktu yang terbuang sia-sia, karena saya terlalu memiliki sedikit nyali untuk mengambil keputusan, memulai langkah kaki.
Hati saya sering goyah. Badan saya sering payah. Raga saya selalu merengek meminta menyerah. Tapi jiwa saya menggebu-gebu ingin melangkah. Kadang saya jadi kehilangan arah.
Meskipun sesuatunya memiliki hikmah. Banyak keluh kesah, kadang membuat saya jadi teringat akan sesuatu yang kini sudah jarang saya jamah. Berkunjung ke sini misalnya. Bertamu dengan membawa oleh-oleh kesedihan yang dikumpulkan dari perjalanan.
Perjalanan ke mana ? Padahal saya gak pernah ke mana-mana. Xixi…
Maksud saya, perjalanan hidup yang meskipun begini-begini saja, tapi tetap berjalan. Meskipun rasanya saya cuma diam di tempat, tapi tetap berjalan. Jadi, untuk banyak kesempatan sendiri yang sering dan masih saya lewati, waktu membawa saya untuk terus belajar dan bertahan dari sesaknya rasa takut berakhir sendirian. Melatih saya untuk tetap berani menjalani banyak hal sendirian. Tidak merepotkan orang-orang tersayang.
Biar sebuah perpisahan menunggu di depan. Sebuah roda kehidupan yang terus berputar membuat saya menjadi lebih tegar. Saya hanya tinggal menikmati waktu dan menghargai kehadiran mereka yang masih sanggup bertahan disamping saya saat ini, kan? Tidak perlu terlalu dipikirkan.
Salam!
.png)
0 komentar: